Air Turun dari Langit Namanya Hujan.
Bogor. Kota hujan. Kota kedua yang aku diami cukup lama selain kota asal, Bandung. Aku dateng ke Bogor bukan buat jadi pawang hujan. Aku dateng ke bogor untuk mencari masa depan yang lebih cerah, ya aku mencari ilmu di sini. Ilmu bagaimana menjadi pawang hujan.
Udah cukup lama aku di Bogor,
sekitar dua tahun yang lalu. Aku di Bogor bukan tanpa tujuan. Aku datang kesini untuk memenuhi
panggilan jiwa. Panggilan jiwa untuk menjemput masa depan. Kali ini
serius, aku mencari ilmu di Bogor setelah keterima di salah satu perguruan
tinggi di Bogor. Ya dari sini lah, Bogor, aku mulai meraih
mimpi-mimpi yang akan membangun masa depan. Aamiin.
Pertama denger Bogor. Kota hujan. Harus hari-hati takut palid (hanyut) kebawa banjir. Secara spontan
sejak tau kalo Bogor kota hujan pasti dingin. Kesalahan besar dalam hidup.
Hujan ya hujan. Dingin ya dingin. Tapi di sini, Bogor, panas. Rasanya di sini
sinar matahari lebih panas, panasnya nyengat ke kulit. Kalo kamu tinggal di
luar Bogor, lagi jemur pakaian dan pingin cepet kering bawa aja ke Bogor,
dijamin, jauh, keburu kering di jalan hehe.
Tapi julukan kota hujan buat
Bogor itu ga salah. Pagi mendung, tiga jam kemudian panas terang benderang, terus
satu jam kemudian hujan ringan, terus panas lagi terus tiba-tiba hujan angin
badai, terus jemuran aku kehujanan lupa diangkat.
Kaya hari ini, di hari libur
nasional, aku hanyalah seorang manusia yang mendambakan ketenangan di hari
libur. Ga ada mandi pagi, ga ada berebut kamar mandi sama temen kontrakan, ga
ada ribut nyari kaos kaki yang cuma ada sebelah, dan ga ada kerusuhan-kerusuhan
yang lainnya. Hari ini, aku bisa bangun dan membuka mata dengan tenang. Sinar
matahari mulai jail menyusup ke celah-celah jendela. Melek, bangun, duduk, liat
jam, dan tidur lagi. Bangun lagi, kebelet kencing, ke kamar mandi, kencing, cuci muka, dan aku bisa
merasakan kesegaran dunia. Aku melihat keluar, ini hari yang cerah. Matahari
tanpa malu-malu mengeluarkan sinarnya dengan cukup terik.
Dari sekian banyaknya hal yang
mau aku lakuin di hari ini, aku cuma pengen merasakan detik demi detik dengan ketenangan
dan kebebasan. Makan dengan tenang sambil nonton film. Ga ada mandi pagi, mandi
pagi di hari libur hanyalah sebuah mitos. Olahraga kecil-kecilan, hidup harus
tetep sehat. Olahraga hari ini dimulai dengan naik turun kasur. Yaa seengganya badan tetep gerak. Itulah
hal-hal yang yang aku pikirkan dan aku lakukan. Sampai saat ini Bogor masih
disinari oleh matahari dengan teriknya.
Setelah olaharaga, hasilnya badan pun keringetan. Badan mulai merindukan
kesegaran. Namun untuk mengumpulkan niat ke kamar mandi itu cukup berat dan
penuh rintangan. Aku butuh setengah jam ketiduran di kasur, setengah jam makan
siang, setengah jam merenungi kehidupan, setengah jam berdiam diri menahan
untuk ga ketiduran lagi, setelah itu aku baru ngambil handuk, dan merenung
kembali. Rangkain yang cukup panjang, setelah itu aku baru mencoba untuk
benar-benar mandi. Disinilah mulai terjadi. Ditengah keasaikan main sabun
(baca: menyabuni badan, hal yang biasa dilakukan setiap orang saat mandi)
suara-suara tak asing mulai terdengar. Guludug-guludug-guluduggg. Sebuah
pertanda besar mulai terdengar. Bener aja, seberesnya mandi, Bogor menjadi kota
dengan penuh air turun dari langit. Kroyokan. Kaya tawuran. Ditambah angin
besar. Hujan badai dengan tiba-tiba terjadi. Secepat itukah?. Apa salah aku,
gara-gara mandi jadi hujan badai? Apa aku gaboleh mandi? Sial.
Ini bener bener hujan badai.
Anginnya gabisa selow. Atap kedengeran tok-tok-tok-tok samlekom dan mulai bertetesan
air, pertanda tidak baik. Air mulai nyiprat-nyiprat masuk ke dalem rumah, pertanda
tidak baik mulai bertambah. Aku langsung nutup pintu, karna aku pikir itu harus
dilakuin biar air hujannya ga nyiprat ke dalem rumah. Tapi, ga lama setelah
pintunya ditutup kedenger sesuatu dari luar.
‘Mas mas tolong mas’
Aku masih ga buka pintu soalnya
suaranya masih gajelas, siapa tau cuma pikiran doang. Tapi suara itu masih ada
dan tambah jelas.
‘Mas mas tolong saya mas’
Deg. Horor. Hantu apa yang
kehujanan minta tolong. Aku ragu buat buka pintu. Tapi suaranya ga ilang-ilang.
Aku beraniin buka pintu dan ternyata. Itu suara mas-mas tetangga sebelah yang ternyata temen satu fakultas lagi minta tolong. Motornya ketiban pohon runtuh di depan rumah-_-
‘Mas tolong mas motor saya
ketimpa pohon’
‘Oh iya iya mas bentar. Woi woi
bantu itu ada motor ketiban pohon diluar’ Aku panggil temen-temen yang ada
di dalem rumah.
Disitu hujan masih cukup deres.
Aku langsung ganti celana lagi yang dipake sebelum mandi tadi, sayang kan kalo
celana baru dipake harus kena hujan hujanan, buka baju sayang juga kalo
kebasahan, dan keluar dengan gagah bareng temen kontrakan dibawah hujan Bogor.
‘Ini mas’
Bener, ada motor yang bener-bener ketiban pohon. Pohonnya ga terlalu besar cuma
pas banget nimpa motor yang ada di bawahnya. Dipikir-pikir ini pohon jail
banget. Iseng mentang-mentang ada motor di bawahnya langsung menjatuhkan diri
seenaknya. Di bawah derasnya hujan, kami mencoba ngangkat pohon dan ngeluarin motor itu. Butuh
lumayan lama buat ngeluarin motor tersebut walalupun pohon yang nimpa ga besar-besar
amat. Akhirnya motor itu bisa terselamatkan juga. Aku berasa jadi manusia
bermanfaat hari ini. Ga lama dari situ hujan pun mulai reda, dan Bogor menjadi
Bogor yang cerah kembali.
***
Bogor emang ga bisa diprediksi.
Awalnya panas tiba-tiba hujan. Udah hujan tiba-tiba panas lagi. Bogor emang gabisa
dimengerti maunya gimana, kaya kamu. Tapi hujan badai kali ini membawa beberapa
hikmah dalam kehidupan. Pertama, jangan negative thinking
sama suara suara yang terdengar agak menyeramkan siapa tau itu orang yang
membutuhkan kamu. Kedua, dimana pun, siapa pun, dan dalam keadaan apa pun
kalau ada seseorang yang butuh bantuan harus sebisa mungkin kita tolong biar
hidup ada manfaatnya, ga cuma ngabisin oksigen doang. Ketiga, seperti kata
pepatah ‘Badai pasti berlalu’. Keempat, ini yang paling pamungkas, panas hujan
udah ada yang ngatur dan itu semua anugerah dari Allah karna kita juga gabisa
nyiptain itu sendiri. Wesss, ga maksud menggurui cuma memberi tahu aja, karna
kalo memberi tempe nasi jadinya makan-makan. Ini cuma mau berbagi cerita
pengalaman doang dan aku cuma bisa berbagi lewat sini, lewat apa yang lari-lari
dipikiran dan ditulis dengan tangan. Terima kasih udah mau ngabisin waktunya
buat baca yang beginian.
*Ini berdasarkan pengalaman nyata
tanpa rekayasa ditambah dengan bumbu-bumbu penyedap, jika ada kesamaan tempat
dan kejadian mungkin kamu temen kontrakan saya dan mas-mas yang ketimpa pohon,
kalau bukan meraka dan kejadiannya tetep sama mungkin kita jodoh. Loh. Maaf-maaf
kalau ada salah kata, karna laki-laki selalu salah apalagi dihadapan perempuan.
Loh.
0 komentar: